WUJUD BUDAYA SASAK DALAM NOVEL SANGGARGURI: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA

Authors

  • Lalu Yusril Aman Universitas Mataram
  • Saharudin Universitas Mataram
  • Muh. Khairussibyan Universitas Mataram

DOI:

https://doi.org/10.62107/mab.v16i2.534

Keywords:

budaya Sasak; novel Sanggarguri; wujud budaya

Abstract

Tujuan tulisan ini adalah mendeskripsikan wujud budaya Sasak yang terdapat dalam novel Sanggarguri dan menjelaskan fungsi wujud budaya Sasak tersebut bagi masyarakat setempat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan tahapan: reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Penelitian ini menemukan tiga wujud budaya Sasak dalam novel Sanggarguri, yaitu (1) wujud gagasan berupa sêsênggak, awik-awik atau hukum adat, dan sênggeger; (2) wujud aktivitas (tingkah laku) yang berupa bêsêlam, ziarah makam, sembeq, pêrêbaq jangkih, bêtabêq dan mênyilaq, mulut adat (maulid Nabi Muhammad secara adat), sêntulak, dan roah; dan (3) wujud artefak (karya/material) berupa tabaq, rantok, tas gêgandek, kêmaliq, bêrugaq (sêkênêm), batu têtandan, tetunjang, opak ambon, ancak, takêpan, sedah lanjaran, pakaian adat Sasak (dodot, sapuq, kemben, cipoq, bêbêt dan bêngkung), tambok dan cêraken, minyak jêlêng, seni musik (gêndang bêleq, rebana barungan (burdah), dan tawaq-tawaq), dan seni tari (rudat). Fungsi dari tiga jenis wujud budaya dalam novel Sanggarguri adalah (1) wujud gagasan berfungsi menggambarkan syariat adat sebagai kritikan terhadap masyarakat Sasak yang sering meninggalkan tradisi dan ritual-ritual adat, menciptakan kedamaian antara manusia dengan alam, dan sebagai sarana berdoa kepada Tuhan; (2) wujud aktivitas (tingkah laku) berfungsi untuk memperkenalkan tentang budaya Sasak, menggambarkan identitas masyarakat Sasak, dan melestarikan budaya Sasak yang sudah mulai hilang; dan (3) wujud artefak berfungsi untuk memperkenalkan budaya material masyarakat Sasak, sebagai perangkat atau perlengkapan dalam acara dan ritual-ritual adat, sebagai roh pada acara adat, sebagai tempat berlangsungnya acara adat atau ritual adat, sebagai pakaian khusus dalam acara adat, sebagai obat, dan sebagai pengisi dalam acara bêgawe ‘pesta’.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Asyari, H. (2017). The Semiotic Study on Sasak Sufism reflected in A Novel Sanggarguri by Lalu Agus Fathurrahman. International Journal of Linguistics, Literature and Culture, 3(5), 53-62. Retrieved from https://sloap.org/journals/index.php/ijllc/article/view/223.

Dewi, R. A. (2015). Unsur-unsur Sufisme dalam Novel Sanggarguri Karya Lalu Agus Fathurrahman dan Kaitannya dengan Materi Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram. http://eprints.unram.ac.id/9574/1/%28RADITHA%20ARISTYA%20DEWI.pdf.

Endraswara, S. (2013). Metodologi Penelitian Antropologi Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Fakihuddin, L., & Sarwadi, G. (2019). Mantra Sasak: Klasifikasi, Fungsi, dan Penggunaannya oleh Masyarakat Desa Ganggelang. Jubindo: Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(1), 10-25. https://doi.org/10.32938/jbi.v4i1.148.

Fathurrahman, L. A. (2014). Sanggarguri. Yogyakarta: Merdeka Media.

Fathurrahman, L. A. (2017). Kosmologi Sasak Risalah Inen Paer. Mataram: Penerbit Genius.

Febriani, W. I. (2016). Analisis Wujud Budaya Sasak dan Nilai Pendidikan dalam Novel Merpati Kembar di Lombok Karya Nuriadi. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram. http://eprints.unram.ac.id/3358/1/skripsi_wisyindah_febriani.pdf.

Koentjaraningrat. (2010). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press.

Ratna, Ny. K. (2017). Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saharudin, S. (2010). Sesenggak dalam Bahasa Sasak: Citraan Metaforis dan Signifikansinya. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 9(1), 61-88. https://doi.org/10.14421/ajbs.2010.09104.

Saharudin, S. (2014). Reflection on Social Cohesion of Sasak Speakers and The Trends Transformed. Makara Human Behavior Studies in Asia, 18(2), 140-148. https://doi.org/10.7454/mssh.v18i2.3468.

Saharudin, S. (2016). Perilaku Liminal Masyarakat Sasak-Lombok dalam Bêkayaq Bau Nyalé dan Pataq Paré. SASDAYA: Gadjah Mada Journal of Humanities, 1(1), 87-112. https://jurnal.ugm.ac.id/sasdayajournal/article/view/17036/11174.

Satrya HD. D. (2021). Makna Guru dalam Tradisi Islam Sasak: Representasi Lombok dalam Novel Sanggarguri. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 5(2). 205-221. https://doi.org/10.14421/ajbs.2021.05204

Shubhi, M. (2019). Hakikat Karya Masyarakat Sasak yang Tercermin dalam Sesenggak. Mabasan, 5(2), 48-58. https://doi.org/10.26499/mab.v5i2.210.

Suryani, S., & Rahmawati, E. (2022). Unsur-Unsur Budaya Suku Bajo Dalam Novel Mata Dan Manusia Laut Karya Okky Madasari: Kajian Antropologi Sastra. Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra Dan Linguistik, 23(1), 46-64. doi:10.19184/semiotika.v23i1.24488.

Zuhdi, M. H. (2018). Kearifan Lokal Suku Sasak Sebagai Model Pengelolaan Konflik di Masyarakat Lombok. Mabasan, 12(1), 64-85. https://doi.org/10.26499/mab.v12i1.

Published

2022-12-29

How to Cite

Aman, L. Y., Saharudin, & Khairussibyan, M. . (2022). WUJUD BUDAYA SASAK DALAM NOVEL SANGGARGURI: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA. MABASAN , 16(2), 243-260. https://doi.org/10.62107/mab.v16i2.534

Issue

Section

Articles
Abstract viewed = 1547 times